The Journey of My Seven Fanfiction Book

Annyeong-haseyooo 😀

Apa kabar kalian semua? Semoga baik-baik saja dan sehat semuanya ya. Saya berdo’a semoga kalian juga selalu berhasil dalam hal dan bidang apapun yang kalian lakukan dan selalu bisa menikmati hidup dengan bahagia.

Baiklah, kali ini penulis mau bercerita soal perjalanan menulis cerita novel yang mudah-mudahan semua bukunya sudah sampai di tangan pembaca setia buku saya.

Saya kebetulan suka angka tujuh. Saat ini saya sudah menerbitkan tujuh novel bertema fanfiction. Apakah sepertinya terlihat mudah, bahwa dalam setahun saya bisa mengerjakan lebih dari lima naskah? Hehe. Saya menganggap itu adalah sebuah konsekuensi sebagai seorang penulis. Ketika sudah bertekad menjadi penulis yang baik, yang harus dilakukan adalah terus menulis, menulis dan menulis. Kata sahabat saya yang pelukis, menulis itu perlu bakat, latihan dan ketekunan. Melukis dan menulis mungkin bukan sesuatu hal yang berbeda kalau begitu. Tapi, terkadang saya masih percaya bahwa menulis tidak perlu bakat khusus. Semua orang bisa menulis memang, tapi mungkin tidak semua orang bisa menyampaikan ‘makna’ melalui tulisannya. Semua penulis yang menulis tentunya akan menyampaikan makna dalam tulisannya. Sehingga makna itu bisa dirasakan oleh yang membacanya.

Buku pertama saya, Hope Is A Dream That Doesn’t Sleep, lebih seperti cerita pribadi yang selama ini tidak pernah terungkapkan. Saya bercerita mengenai pertemuan dua orang melalui sebuah blog. Namun, sebenarnya sebagian dari isi buku itu bukan benar-benar kisah nyata sang penulis. Dan, saya selalu terpana dengan rating empat yang saya dapatkan atas buku itu di Goodreads. Banyak yang mengapresiasi buku itu sebagai cerita yang menyentuh dan mengharukan. Saya bersyukur sekali bahwa buku pertama saya bisa diterima di kalangan remaja. Terima kasih banyak untuk kalian yang sudah membaca dan mengapresiasi buku tersebut. Setiap saya mengenang semua hal mengenai buku pertama tersebut, selalu muncul rasa haru, bahagia dan senyuman lega. Walaupun saya merasa buku pertama masih banyak sekali kekurangan, tapi saya senang atas sambutan yang diberikan. Semoga suatu hari saya bisa merevisi, memperbaiki kesalahan dan cetak ulang. Aamiin.

Buku kedua, It Has To Be You, terinspirasi dari kegiatan yang dilakukan kantor saya dulu setiap hari Jum’at. Setiap Jum’at, beberapa orang yang tergabung dalam sebuah tim akan pergi ke panti asuhan untuk menyalurkan sedikit bantuan. Dari sanalah saya ingin menulis soal panti asuhan. Setiap berkunjung ke panti asuhan, mata saya selalu berkaca-kaca, pernah saya menangis di hadapan mereka, para anak-anak panti. Kemudian cerita novel lebih saya kembangkan menjadi sesuatu yang lebih bernilai. Anak-anak panti yang saya ceritakan adalah anak-anak yang selalu memiliki harapan dan mereka terus berkarya dengan bakat-bakat yang mereka miliki.

Buku ketiga, Blueberry on the Valley, terinspirasi saat saya memposting tulisan buah berry yang ternyata rumpunnya ada strawberry, arbei, cranberi. Saya sangat merasa terpesona pada blueberry. Saya banyak mencari bahan dan artikel dengan berselancar di internet. Saya membaca banyak artikel, mengunduh gambar-gambar blueberry dan video tentang perkebunan blueberry. Memang benar-benar buah yang cantik. Kemudian saya mengembangkan cerita soal perkebunan blueberry; penyemaian bibit, pemupukan, perawatan, pemanenan yang sebenarnya tidak pernah saya lihat seumur hidup saya. Inilah nikmatnya menulis, dengan bahan yang kita miliki, kita bisa merangkai hal baru, kata-kata baru berdasarkan pengamatan dan membaca bahan walau tidak melihat secara langsung. Saya antusias sekali saat menggarap novel ini. Sangat menyenangkan.

Buku keempat saya, yang paling membuat saya bersemangat, The One I Love. Di sini saya menceritakan cerita tentang penyihir, cerita tentang mitos-mitos, menggabungkan masa lalu dalam masa kekinian. Juga menceritakan kisah dua dimensi waktu yang berbeda-masa lalu dan masa kini. Saya juga mengumpulkan bahan tentang para penyihir yang kebanyakan adalah perempuan dan itu membuat saya makin tertarik dan tertantang untuk menuliskannya. Buku ini mendapat respon yang sangat bagus dari penggemar novel fanfiction saya.

Buku kelima saya, terinspirasi dari sahabat saya yang menjadi seorang wedding-singer. Your Wedding Singer. Seorang penyanyi cantik yang memiliki ayah yang jahat dan ringan tangan. Ia memimpikan sebuah perkebunan yang menjadi cita-citanya. Menyanyi adalah hobi dan keahliannya, namun berkebun adalah sesuatu yang menyenangkan untuknya. Kemudian ia bertemu dengan takdir yang menyeretnya ke dalam sebuah masalah dan malah bertemu dengan orang yang benar-benar jatuh cinta padanya.

Buku keenam saya bercerita tentang persahabatan yang terjalin melalui dunia maya, #twitterland. Lima orang asing, tiga laki-laki dan dua perempuan bertemu dan berkenalan melalui jejaring sosial. Awalnya mereka saling menutupi kekurangan dan keadaan masing-masing. Mereka malu mengungkap jati diri mereka yang sebenarnya. Mereka akhirnya meresmikan tanggal pertemuan dan hari jadi persahabatan mereka. Dua diantaranya saling jatuh cinta dan dua diantaranya tidak menerima balasan cinta dari yang dicintainya. Lima orang ini juga memiliki mimpi dan cita-cita masing-masing yang mereka perjuangkan dan saling memotivasi satu sama lain.

myallbook

Dan, buku ketujuh saya, berjudul Game Over. Menceritakan permainan scrabble online yang mempertemukan dua orang yang tinggal di beda negara, Jepang dan Korea. Entah kenapa saya suka sekali menceritakan dunia maya ya? Hahaha. Kedua orang ini saling menyukai namun hal-hal tidak terduga pun terjadi. Novel ini juga membahas kecelakaan kapal ferry Sewol yang tenggelam di lautan Korea beberapa bulan lalu. Penulis sendiri merasakan kedukaan yang mendalam dan simpati karena sering bepergian menaiki kapal ferry dari Bakauheni ke Merak. Bagaimanapun musibah bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Banyak hikmah yang bisa diambil dari musibah tersebut.

Selanjutnya, saya sedang menyelesaikan naskah fanfiction yang ke delapan. Sedang dalam tahap sunting dan memberi sentuhan terakhir yang bagus. Sedikit bocoran, ceritanya mengenai pertemuan di sebuah balon udara dan berbagai macam kejadian tak terduga setelah pertemuan itu. Bagian 1-3 sudah ada di blog ini, selanjutnya nanti baca setelah bukunya dicetak ya. Hehe. Rencananya saya akan membuat sekuel untuk buku ini.

Begitulah, sedikit cerita perjalanan ketujuh buku saya yang sudah terbit. Sejujurnya, saya sendiri tidak menyukai K-Pop, kecuali lagu-lagu yang biasanya menjadi lagu tema di film Drama Korea yang saya sukai. Biasanya saya juga akan menyukai lagu temanya setelah saya menonton filmnya. Hehe. Tetapi, menuangkan personel band K-Pop ke dalam sebuah cerita, rasanya ternyata sangat menyenangkan. Saya bisa menceritakan apa saja berdasarkan imajinasi saya. Walau kehadiran fanfiction yang diperjualbelikan ini masih menuai pro dan kontra, saya hanya ingin saya tidak pernah berhenti berkarya. Itu saja. Tidak ada keuntungan yang seberapa atas penjualan buku saya, baik bagi saya ataupun bagi penerbit. Tapi, setidaknya, walau masih menuai banyak kritikan, saya bersyukur, karya saya masih bisa diterima dengan baik.

Seseorang pernah berkata, “Kenapa harus menyukai budaya bangsa lain dibanding budaya bangsa sendiri?” atau “Kenapa harus memasarkan budaya bangsa lain bukan bangsa sendiri?” Pertanyaan tersebut tidak mudah dijawab. Kita tidak bisa menjawab, “Karena budaya luar lebih gemerlap dan menarik,” atau “Jaman sudah berubah, Bung.”

Kalau saya boleh memberi alasan, karena kita sendiri, sebagai insan, sebagai pribadi bangsa gemah ripah loh jinawi ini berhenti mengagumi dan memasarkan budayanya sendiri. Iya atau tidak? Kita tidak boleh hanya bisa berkomentar atau memberi saran, tapi kita sendiri juga harus melakukannya.

Dengan cara apa? Banyak sekali caranya. Saya sendiri terus terang memang masih terjebak untuk menulis sesuatu yang bukan dari budaya tanah air kita tercinta ini, karena tuntutan penerbit. Tapi, dari awal, saya bertekad untuk menorehkan kata ‘Indonesia’ dalam setiap karya saya. The Crowd Voice Indonesia ada di buku pertama-kedua-ketiga. Legenda Calon Arang ada di buku keempat. Orang cerdas Indonesia yang membuat notebook cantik ciptaan sendiri saya ceritakan di buku kelima. Dan seterusnya. Yang terpenting jangan lupakan ‘Indonesia’ dalam kehidupan kita. Dan yang terpenting, semua karya saya masih memakai Bahasa Indonesia. Karena penguasaan bahasa asing saya masih minim. Hihihi.

Saya ucapkan terima kasih untuk semua pembaca setia buku saya, terima kasih telah selalu menyemangati saya baik dengan komentar di blog ini atau sapaan melalui akun twitter saya. Kalianlah, pembaca setia buku saya, yang selalu menghidupkan semangat saya untuk terus dan tetap berkarya. Terima kasih Indonesia. Gomawo. Saranghae.

11 pemikiran pada “The Journey of My Seven Fanfiction Book

  1. Woohoo~ akhirnya novel seokyu baru lagi hihi♡
    aku dapet kabar dari temen di twitter katanya ada novel seokyu yang baru lagi, judulnya ‘Game Over’. Eh pas aku cari tau ternyata novel buatan kak rere ya hehehe seneng banget akhirnya ngeluarin novel baru 😀
    Oh iya, hampir tiap hari aku ngunjungin blog ini demi baca tulisan ff lanjutannya hehehe ternyata mau dibuat novel juga ya. Sumpah itu keren banget gapapa nunggu lama yang penting bisa baca ceritanya lagi hehehe
    sukses terus kak rere! Makasih udah mau buatin novel seokyu lagi♡

    • Waaah, senang sekali baca komentarnya 😀
      Iya, yang terbaru judulnya ‘Game Over,’ nanti deh aku buat posting sinopsis utuhnya ya, hehehe. Aku juga hampir setiap hari berjuang nulis cerita SeoKyu, rasanya senang menulis soal mereka. Dan, banyak juga dukungan dari SeoKyu Wires yang sangat keren *mata berkaca-kaca*
      Nah, yang ‘Love in Balloon’ itu aku mau buat sekuelnya. Naskah yang pertama sudah masuk ke penerbit, mudah-mudahan di-acc. Bantu do’a ya 😀
      Terima kasih support-nya, semangatnya, pokoknya gomawo-saranghaeee :*

Tinggalkan Balasan ke refantie Batalkan balasan