Mimpi dan Harapan

Dear all,

Ini adalah cuplikan kata-kata atau kalimat dari ketiga belas novel fan fiction yang sudah saya terbitkan. Ada dua novel lagi dengan genre berbeda, yang mungkin nanti saya akan merangkumnya dalam posting yang berbeda.

Saya sendiri heran kenapa saya bisa menuliskan kata-kata sepuitis ini atau seberani ini dalam novel-novel saya? Yang jelas bukan karena saya berbakat, beberapa ada yang hasil bacaan dari berbagai sumber dan dengan berbagai macam modifikasi. Atau banyak juga yang didasarkan atas pengalaman pribadi. Mudah-mudahan beberapa diantaranya ada yang bisa menginspirasi. Selamat membaca 🙂

-Hope Is A Dream That Doesn’t Sleep-
“Jadilah perempuan yang tegar dan kuat sehingga badai pun takut padamu.”

“Karena itu, aku tidak mau mencintainya. Aku tidak mau memberinya harapan, sedangkan nantinya aku tidak akan bisa menjaga harapan itu tetap ada.”

Mengapa wanita diciptakan terlalu rumit, terlalu sulit dipahami dan dimengerti? Mereka selalu berkutat pada hal-hal yang rumit dan memusingkan kepala. Mereka seakan tidak bisa berpikir secara santai dan logis. Mereka selalu melibatkan airmata dalam persoalan hidup mereka.

“Aku masih tetap percaya bahwa harapan adalah impian yang tidak pernah tertidur. Harapan ada untuk diraih, mimpi mengiringi harapan, harapan adalah mimpi yang selalu terjaga.”

“Kau benar. Selama kita percaya dapat meraihnya.”

“Bagaimana pun, hiduplah bersama semangat yang ia tinggalkan untukmu. Jangan pernah menyerah dan jangan pernah kehilangan harapan.”

Tidak ada yang salah dengan impian setinggi dan semustahil apa pun mimpi itu. Mimpi ada karena manusia memiliki harapan. Harapan ada karena manusia memiliki keyakinan. Sebutlah mimpimu, namailah mimpimu dan raihlah mimpimu.

-It Has To Be You-
Asalkan dia bisa bersama gadis ini, semuanya akan baik-baik saja. Asalkan dengan gadis ini, semuanya akan terasa membahagiakan.

Cita-cita mereka bertiga sangat tinggi dan mulia, menjadi pemusik, menjadi pelukis, menjadi fashion-desainer, tapi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, mereka harus menghabiskan seluruh waktu di hari mereka dan akhirnya sudah kelelahan untuk segera mewujudkan cita-cita. Yang bisa mereka lakukan adalah bertahan, entah sampai kapan. Namun, semua pasti ada batas waktunya. Semua usaha pasti akan menemui sebuah ujung, entah itu ujung yang berhasil ataukah ujung yang gagal, yang pasti itulah yang terbaik nantinya. Sebuah usaha bertahan yang akan menemui ujungnya.

“Di dunia ini tidak ada hidup yang mudah.”

“Apakah aku bisa membeli semangatmu? Tapi, aku sendiri tidak punya uang.”
“Aku tidak tahu apa yang dapat menghiburmu sekarang ini, yang jelas, yang bisa dilakukan orang-orang seperti kita adalah bertahan. Hanya itulah yang kita bisa. Kau hanya harus melaluinya, sekeras apapun hidup menindihmu, kau harus mengangkatnya.”
“Jika kehidupan menindihmu semakin keras, kau harus menguatkan kedua tanganmu untuk menghancurkan beban yang menindihmu.”

“Terkadang kita ingin menolak pikiran buruk untuk datang tapi pikiran adalah sesuatu hal yang bebas dan tersangkut di kepala kita, jadi aku tidak dapat mencegahnya, pikiran itu datang dan pergi di kepalaku.”

“Sebenarnya, dari kejauhan aku selalu memperhatikanmu. Dari kejauhan ini aku selalu melihatmu. Aku tidak pernah ingin mengabaikanmu ataupun melupakanmu. Namun terkadang kita harus membatasi diri sendiri agar semua tidak berlebihan.”

“Mari kita membuat lagu yang bagus untuk orang yang kita sayangi,”
“Apakah kau sedang jatuh cinta?”
“Kebetulan aku sedang patah hati.”
“Wah, mari kita membuat lagu sedih saja kalau begitu.”
“Baiklah, lagu sedih pun tak apa.”
“Aku turut berduka untukmu.”
“Ah, tidak usah repot-repot, biarkan aku sedih sendirian.”

-Blueberry on the Valley-
“Aku rasa untuk mendapatkan cinta sang pangeran, seorang putri rakyat jelata, harus mengalami penderitaan yang panjang, harus berjuang keras dalam hidupnya. Aku tidak mau putri kita menderita seperti itu.”

“Jika kau ingin melupakanku, lupakan saja, jangan mengingatkan aku lagi padamu dengan datang kemari seperti hantu.”

“Sampai kapan kau berhenti mengangguku? Kau bahkan pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal padaku, apakah kau layak disebut sebagai seorang sahabat?”

“Berhenti berteman dengannya! Berhenti bermimpi mendapatkan tempat dihatinya!”

“Apakah aku salah karena aku pulang menjenguk ayah dan ibu, atau aku salah karena tidak memberitahumu, ataukah aku salah karena menghindarimu?”

“Sebulan lagi aku akan menikah. Maafkan karena aku tidak dapat memperjuangkanmu sampai akhir.”

“Apa ini? Kau patah hati?”
“Semuanya sudah berakhir sekarang. Maukah kau menikahi aku?”
“Aku tahu kau tidak menyukai aku seperti yang kau rasakan untuknya.”
“Dia pun menikah dengan orang yang tidak dia cintai. Mungkin kita akan saling mencintai setelah beberapa lama karena aku cukup menyukaimu.”

“Aku tidak dapat mengungkapkan seberapa dalam perasaanku ini. Betapa dalam aku sangat mencintainya. Banyak hal aku lakukan bersamanya sejak kecil. Banyak mimpi yang aku bangun dan melibatkan dirinya dalam mimpi-mimpiku. Sekarang aku harus berjalan sendiri, untuk membangun mimpi-mimpiku kembali.”

Dengan jelas dia membaca isi pesan itu. Pesan perpisahan yang diulang terasa sangat mengerikan untuk dibaca atau pun disimpan.

“Ya! Aku tidak peduli! Aku sungguh tidak akan peduli! Kau pikir siapa yang ingin bersama denganmu? Itu adalah dirimu sendiri! Apakah kau pernah memikirkan perasaanku? Kau memikirkan dirimu sendiri! Kehendakmu sendiri! Apakah aku harus terus mengikuti keputusan gilamu? Lupakan aku dan tetap menikahlah besok! Aku sungguh tidak apa-apa.”

“Aku membesarkannya dengan baik. Aku mendidiknya dengan baik. Aku membesarkannya dan mendidiknya secara baik seperti kedua orang tuaku membesarkan aku.”

“Aku yakin kau dan keluargamu bisa bertahan. Aku tidak pernah membencimu. Berilah kesempatan pada waktu untuk menyembuhkan lukanya.”

Rasanya begitu menyedihkan ketika kita ingin berpisah dengan sesuatu atau seseorang, namun kita tidak dapat menyentuhnya dan memeluknya untuk terakhir kali.

Beberapa orang menjalani kehidupan yang begitu baik sampai akhir hayatnya, beberapa orang menjalani kehidupan yang cukup menderita, beberapa orang menjalani kehidupan yang begitu buruk dan pahit. Kau ada di tengah-tengah orang-orang yang hidup seperti itu.

“Kebahagiaanku sebanding dengan kesedihanku.”

Aku membuat keputusan yang membuat orang lain hancur karenaku. Aku tidak menyadari bahwa kekuatan manusia untuk bertahan dapat mengalahkan segala macam ujian dan cobaan.

-The One I Love-
“Aku tidak ingin mengeluhkan semua keadaanku. Apa pun yang aku jalani, itu semua sangat berarti. Apalagi aku menjalani hidup yang hebat dan berani. Tidak pernah ada penyesalan dan keluhan.”

“Apa itu gadis tiga detik?”
“Seorang gadis yang mampu membuat seorang pemuda jatuh cinta dalam tiga detik. Tiga detik saat mereka saling berpandangan.”

-Your Wedding Singer-
“Jika aku memberitahumu apa mimpiku sekarang ini, apakah kau mau memberi tahu apa impianmu dan membiarkan aku untuk tahu apa masalahmu?”
“Untuk saat ini, impianku masih terlalu jauh untuk aku wujudkan. Jadi, aku belum ingin memberitahu siapa-siapa, apalagi dirimu.”

Betapa pun susahnya hidup ini, tapi betapa sedihnya dirinya, akan selalu ada seseorang yang diturunkan Tuhan untuk menemani dan membuat rasa sedih itu tidak begitu terasa atau bahkan lenyap tak berbekas. Seseorang yang sementara akan memiliki sayap dan membentangkan sayapnya untuk melindungimu dari perasaan sendirian dan kesedihan. Saat kesedihanmu berlalu, bisa jadi berganti ia yang akan merasa sedih dan kesepian, sehingga kau pun harus siap untuk menghiburnya dan ganti membentangkan sayapmu untuk melindunginya dari rasa sakit dan sepi. Itulah gunanya kita memiliki hati. Untuk merasakan kepedihan orang lain di sekitar kita dan untuk berbagi senyuman dengannya.

“Cinta itu tidak memandang siapa dirimu, dari mana asalmu, bagaimana fisikmu. Cinta itu datang tiba-tiba secara tidak terasa. Itu benar. Namun, di dunia ini tidak bisa hanya dipenuhi rasa cinta yang buta karena kau tidak akan bertahan hidup hanya karena ada cinta. Namun juga harus ada keyakinan, ketekunan, dan kerja keras. Cinta itu sangat mahal, agar bisa tetap dikatakan sebagai cinta.”
“Kau harus mengikuti apa yang dikatakan hatimu karena kata-kata dari hati biasanya akan mendekati kebenaran.”

“Pikirkan jika kau berada di posisiku. Sekarang kau bisa mencoba merasakan rasanya saat berada di posisiku, bukan? Beginilah rasanya. Kau ingin berteriak saat orang yang kau sayangi bersama orang lain. Kau ingin marah saat kau melihat orang yang kau sayangi memperhatikan orang lain. Kau bahkan ingin mencakar-cakar wajah orang yang merebut kekasihmu. Namun, semua itu tidak dapat kau lakukan hanya karena manusia yang bijak tidak boleh melakukan hal yang memalukan.”

“Aku tidak meminta nyawamu, tapi aku meminta seluruh sisa hidupmu untuk berada disisiku.”

“Aku sangat mengasihanimu. Dengan rasa kasihan itu aku jadi ingin memilikimu dan menjaganya agar kau tak perlu kemana-mana. Kau hanya perlu diam disampingku dan menjadi pendamping yang baik untukku. Aku tidak pernah memiliki mimpi apa pun karena semua bisa aku capai dengan mudah. Tapi, aku kini memiliki impian untuk mendapatkan seseorang yang tepat untuk menjadi pendamping hidupku.”

“Tidakkah kau memahami aku setelah sekian lama? Aku menginginkan apa yang aku butuhkan. Aku tidak bisa menjalani kehidupan cinta yang hanya akan bisa bertahan ketika dua manusia saling mencintai. Tapi, bagiku cinta tidak seperti itu. Disaat kita miskin, dapatkah kita memakan cinta?”
“Memahami seseorang tidak mengenal waktu, walau pun kau sudah lama mengenalnya belum berarti kau memahaminya.”
“Apakah kau ingin aku melihatku hancur di depan matamu setelah harga diri yang aku pertahankan?”
“Harga diri adalah hal yang lemah. Keyakinan adalah sesuatu yang tidak dapat rusak. Kau tidak bisa memaksakan harga dirimu menjadi rusak karena ambisimu. Kalau ada yang harus bertahan, itu adalah aku. Aku yang akan bertahan. Kau hancurkanlah aku saja terus dan terus, aku hanya akan bertahan. Aku tidak ingin menjadi orang yang hanya kau anggap kebetulan dan kita hanya saling mengenal.”

Cintalah yang menemukanmu, oleh karenanya ia disebut jatuh cinta, karena kau tidak memaksamu sendiri untuk jatuh, tetapi kau terjatuh. Lalu, apakah di dunia ada kategori jatuh cinta karena telah dipaksa untuk jatuh? Jenis cinta yang tidak ingin kau jatuh cintai namun ia memaksamu untuk jatuh cinta dan memikirkannya?

Dia memang cantik, mempesona dan mengagumkan. Tapi, itu saja tidak cukup. Seseorang harus memiliki ‘sesuatu’ untuk bisa menarik seseorang ke dalam dirinya. Sesuatu itu tidak akan pernah sama dalam diri setiap orang. Hanya akan ada satu dalam diri seseorang, yang akan menarik seseorang yang cocok untuk masuk ke dalam dirinya. Sesuatu seperti bunyi perut kelaparan yang membuat seseorang tiba-tiba menjadi terpesona. Hal-hal seperti itulah. Hanya sebuah hal kecil dan sederhana. Sesuatu yang menyihirmu dan membuatmu kehilangan seluruh akal sehatmu untuk dapat berpikir.

“Ijinkanlah aku sekali lagi membuatmu bahagia bersamaku. Maafkan aku di waktu-waktu yang lalu, yang tak pernah bisa membahagiakanmu. Tidak bisa membelikanmu benda-benda mahal karena aku memang benar-benar mengirit agar di masa depan aku tidak menyusahkan hatimu.”

-#twitterland-
“Aku tahu aku merepotkanmu. Aku tahu aku menyusahkanmu. Tapi, kau selalu tersenyum dengan ceria untukku. Aku ingin menjadi anak yang baik untukmu.”

Gambar pertama adalah gambar barisan pepohonan hijau dan ada seseorang yang berjalan memunggungi kamera. Kemudian disebelahnya ada foto barisan pepohonan yang sekilas tampak sama dengan foto sebelumnya, namun sebenarnya itu adalah gambar yang berbeda, barisan pepohonan dengan daun-daun berwarna kuning yang berguguran. Tidak ada orang di tengah barisan pepohonan itu.
“Ini namanya kehidupan. Ada yang pergi dan hilang.”

Seperti ada beban yang terlepas dari pundaknya setelah mengatakan itu. Kejujuran memang kebanyakan tidak menyenangkan namun membuat hati terasa lebih ringan.

“Ah, rasanya menyakitkan sekali mendengar itu. Tapi, aku tidak mengerti perasaan apa ini.”

“Biasanya ketika kau mengatakan tidak apa-apa itu berarti berpotensi besar bahwa sedang terjadi apa-apa dalam dirimu.”

Ia lebih sering memendam perasaan sukanya terhadap seseorang sampai dirinya merasa patah hati. Itulah yang dirasakannya berkali-kali selama ini.

“Ah, mengapa hatiku sangat sakit untuknya? Perasaan apa yang sedang aku rasakan ini? Mengapa aku seperti ini?”

Ia yakin saat ini memang belum waktunya untuk bersinar. Mungkin saja memang ilmunya belum banyak dan belum cukup, tapi ia terus menempa diri. Besi semakin ditempa maka akan semakin berkilau.

Kapan waktuku untuk bersinar?
Suatu hari. Suatu hari akan ada waktu kita untuk bersinar sehingga semua mata silau karenanya. Ya. Suatu hari.

Tidak apa jika hidup sedikit mempermainkanmu hari ini, ia hanya akan terus bertahan dan melawan dengan segenap kekuatan akal dan pikiran.

“Rasa suka bukanlah sesuatu yang dapat dipaksa. Ia datang menyelinap dengan sendirinya seperti karunia.”

Bila aku dapat hidup lebih lama, aku berjanji akan selalu membahagiakanmu.

“Aku menyukaimu sejak kita pertama kali bertemu. Benar-benar menyukaimu. Apakah aku tidak cukup baik untukmu?”
“Bukan masalah kau tidak cukup baik untukku. Seseorang bisa sangat baik dan menyenangkan, tapi rasa suka tidak hanya sekedar itu. Tidak sekedar hanya baik dan menyenangkan. ”

“Tapi, aku rasa, aku masih membutuhkan waktu untuk dapat meraih hatinya. Kau tahu. Sulit menjadi perempuan. Lebih mudah menerima saja perasaan yang datang seperti yang terjadi padamu.”
“Lebih mudah?”
“Lebih mudah menerima yang datang padamu daripada kau sibuk mengejarnya. Karena belum tentu orang yang kau kejar juga akan balas menyukaimu.”

“Terima kasih karena ibu sudah mau melahirkan aku. Terima kasih karena telah membesarkanku dengan baik. Terima kasih karena telah memberikan aku kasih sayang sejak kecil.”

Seringkali prasangka buruk membunuh semua kebaikan yang telah seseorang lakukan padamu.

“Jadi sekarang, ayo latihan saja. Jangan terlalu banyak membuang waktu karena waktu yang sudah lewat tak mungkin kembali dan tak bisa kita sesali.”

“Tidak seperti itu. Sepertinya aku harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan hatinya.”
“Kau harus melepaskannya dan membiarkannya terbang untuk melihat apakah dia akan kembali padamu.”
“Benarkah? Bukankah itu sama artinya dengan aku melepaskannya?”
“Jika memang harus seperti itu kau harus siap menerima kenyataannya.”

Ia tertawa. Tertawa untuk dirinya sendiri. Tertawa untuk kedua temannya yang bahkan tak mampu menangkap sinyal-sinyal dari orang yang disukainya.
“Berjuanglah kalian. Tapi, kalian harus ingat. Bahwa perjuangan harus ada akhir yang pasti. Harus ada strategi dan sasaran yang jelas. Jika sasaran itu bahkan tidak merespon apa-apa, biarkanlah mereka menentukan langkah mereka sendiri.”
Cinta adalah sesuatu hal yang kasat mata dan begitu rumit. Cinta tidak dapat dipahami hanya dengan dikatakan atau diucapkan. Cinta adalah sesuatu yang harus dirasakan sampai kau mau mati rasa rasanya dan kau dapat berjalan kembali dengan lebih tegap saat menemui bahwa cintamu tak berbaik hati padamu.

“Aku bahkan tidak tahu siapa yang harus aku hubungi. Aku hanya mencari di kontak dan berakhir pada namamu…,”

“Mengapa kau memaksakan dirimu jika kau tidak merasa nyaman? Kau tidak perlu memaksakan dirimu ketika kau merasa tidak nyaman. Tidak semua kemauan orang lain harus kau turuti.”

Entah kapan makhluk di depannya ini mau berterus terang satu sama lain. Mengapa harus begitu sulit mengakui perasaan masing-masing yang mereka miliki? Kejujuran memang pahit. Tapi, kejujuran tetaplah sebuah kejujuran walau pun pahit. Setelah pahit, tentu saja nantinya akan terisi dengan hal-hal manis.

“Aku belajar untuk mengerti dan memahami arti sebuah cita-cita. Cita-cita adalah sesuatu yang membuat hidupmu jadi lebih berarti dan berwarna. Setiap hari kau menyimpan kebahagiaan saat kau akan berhasil, setiap hari kau berjuang untuk semakin memperbaiki diri. Aku kira banyak orang hebat di dunia ini adalah karena mereka tidak lelah untuk terus berusaha menggapai cita-cita mereka.”

“Kau tahu aku masih saja seperti ini seperti dulu.”
“Aku telah memutuskan untuk melihatmu lebih jauh.”
“Aku telah pergi sejauh ini untukmu, apakah kau tetap tidak melihatnya?”
“Jika kau mau kembali bersamaku, aku akan berhasil melebihi apa yang dapat kau bayangkan.”

Terbukti bahwa kegagalannya dalam hal asmara tidak menyurutkan langkahnya untuk berhasil di hal lainnya. Ia merasa semakin terpacu semangatnya untuk membuktikan bahwa dia bukanlah lelaki yang lemah dan cengeng. Ia mulai menyadari bahwa perasaan adalah sesuatu yang tidak dapat dipaksakan seberapa besar pun dirinya menginginkan hal itu.
“Semua membutuhkan waktu. Waktu untuk bersinar. Begitu juga waktu untuk sembuh dari rasa patah hati. Kurasa kita akan tetap bisa mengatasinya.”

Semua telah bersinar pada waktunya dengan cara mereka masing-masing. Tidak perlu menjadi hebat untuk dilihat dunia. Kau hanya perlu hebat untuk dirimu sendiri. Hal itu akan menuntun dirimu menjadi lebih daripada apa yang kau harapkan.

-Game Over-
Aku rasa dia pasti juga memiliki mimpinya sendiri. Mungkin saja, kau yang tidak pernah tahu. Beberapa orang seperti itu, menyimpan mimpinya sendirian sehingga ketika mimpi itu tidak tercapai, ia juga tidak perlu mengecewakan banyak orang.

“Aku tidak mengerti dirimu bahkan setelah aku bertahun-tahun hidup denganmu.”

“Kau harus memiliki mimpimu sendiri. Kau harus memiliki keinginanmu sendiri. Jangan pernah tergantung pada keinginan orang lain. Jangan pernah bergantung pada keinginanku.”

“Mungkin caraku yang kurang tepat sehingga aku tidak terlihat olehnya.”

Menertawakan hal yang tidak lucu terkadang memang sungguh lucu.

“Tidak semuanya. Aku hanya mengetahui apa yang perlu aku ketahui.”

Mencoba menyampaikan sesuatu namun lebih banyak lagi yang ingin ia simpan sendiri. Menyimpan berbagai kemelut hatinya sendirian.

“Jika seseorang telah memutuskan kontaknya denganmu, itu artinya orang itu tidak ingin sama sekali diganggu dan tidak ingin ada hubungan apa pun lagi di antara kalian.”

Dunia ini terasa begitu luas. Namun juga terasa begitu kecil. Walau para ilmuwan telah mengungkapkan bahwa bumi itu berbentuk bulat, terdiri dari daratan dan lautan, kemudian masih terdiri atas dataran tinggi dan dataran rendah, masih berupa samudera dan laut, lalu masih terpecah lagi menjadi pegunungan, perbukitan, gunung, tanah rawa, pantai, danau, sungai dan segala macamnya.
Namun, seakan semua itu tidak mampu menjelaskan kenapa dua orang yang begitu jauh jaraknya, begitu jauh jaraknya dalam ukuran manusia, masih bisa bertemu. Seseorang itu di sini dan seseorang lain itu di sana, seakan seseorang lain di kutub utara, seorang lagi di kutub selatan, seorang di ujung dunia, seorang lagi di ujung dunia yang lain, mereka tetap saja bisa bertemu. Mungkin secara sengaja atau benar-benar secara tidak sengaja. Bisa saja seseorang itu sedang iseng berjalan-jalan ke tengah dunia dan seseorang lain pun sedang berjalan-jalan ke tengah dunia yang sama, lalu mereka pun bertemu.
Apakah itu yang dapat disebut sebagai takdir?

“Di saat kau harus memilih, pilihlah untuk menjalani pilihanmu.”
“Apakah itu artinya aku tidak boleh menyesali keputusanku atas apa yang aku pilih?”
“Apa pun pilihanmu saat ini, bukankah sebenarnya kau sedang menjalaninya?”

“Aku jatuh cinta pada sesuatu yang tidak ada dan tidak nyata.”
“Tidak ada dan tidak nyata?”
“Dia menghilang setelah aku memiliki harapan padanya.”

Namun, sebagai manusia berbudi, terkadang kita memang harus mengeluarkan kata-kata yang bertentangan dengan hati nurani demi untuk menyenangkan hati orang lain atau lebih tepatnya memberi semangat bagi orang lain.

“Cinta itu ada di dalam hatimu. Aku tidak bisa menjawab definisi akan cinta. Cinta akan mengalami banyak proses untuk menuju apa yang dinamakan sebagai ketulusan. Ketulusan adalah buah dari cinta yang kau alami atau atas pengalaman cinta yang kau jalani.”

Tapi, mereka sangat menyadari bahwa perasaan ini tulus. Mungkin, perasaan seperti inilah yang bisa bertahan lama, bertahan sepanjang masa, tegar melewati segala macam tempaan dan cobaan karena perasaan yang seperti ini, tidak akan goyah hanya karena cemburu dan prasangka.

“Kau cantik, kau baik, kau perhatian dan kau sangat tulus. Kenapa aku tidak menyukai dan mencintaimu saja? Kita akan menjadi pasangan yang terbaik di dunia.”
“Karena hatimu tidak di sini. Hatimu tidak berada di sini. Aku cantik, tapi aku tidak terpilih oleh hatimu. Aku cantik, tapi kau tak memilihku. Cinta itu tidak memilih tapi cinta itu dipilih. Kau mengerti maksudku?”

Hembusan angin membuat mereka berdua meresapi suasana yang mulai dingin dan terasa beku. Mereka terdiam memandangi daun-daun yang bergerak tertiup angin kasar, membawa daun-daun terbang jauh, terbawa entah ke suatu tempat asing menjauhi rumah bernama pohon. Terbang jauh.

“Aku bahkan belum memutuskan apakah aku akan melanjutkan hidupku bersamanya. Maksudku, aku tidak memiliki kepercayaan diri apa pun untuk hidup bersamanya. Kau tahu kan, hidupku sendiri seperti ini. Kita tidak bisa hidup hanya karena alasan cinta. Kita bisa bertahan hidup karena materi.”
“Berarti masalahnya bukan apakah kau bisa membahagiakannya atau tidak, tetapi lebih karena ternyata dari awal kau tidak memiliki keyakinan bahwa kau akan bisa hidup bersamanya.”

Untuk apa bersama jika hati itu tidak ada untuknya? Untuk apa? Bukankah dua hati yang menyatu adalah yang terpenting dalam sebuah hubungan? Apakah benar, sebuah hubungan asmara hanya manis diawalnya saja, sisanya adalah suatu bentuk kepasrahan dan kecanggungan?

“Terkadang hidup memang begitu menyedihkan sehingga kita sampai lupa bagaimana caranya bersedih.”

“Kita tidak pernah tahu kapan kita akan berpisah dengan orang-orang yang kita sayangi. Dengan mengungkapkannya akan membuat kita merasa lega karena orang yang kita sayangi tahu bahwa kita menyayanginya…,”

Seketika waktu terasa diam membeku. Seperti tidak ada kehidupan dan semua begitu saja berubah jadi patung. Patung itu mulai diselimuti bunga es dan mulai membeku abadi. Hanya tinggal mata-mata yang masih melotot tak percaya.

“Anggap saja itu tidak pernah terjadi. Itu hanya dunia semu yang kubangun di atas pondasi mimpi dan tidak akan pernah jadi nyata. Aku sudah menemukan jawabannya ketika kau menghilang.”

-Love in Balloon-
“Aku bukan memilih berdasarkan materi, kau harusnya sadar akan hal itu. Kau harusnya tahu tentang hal itu jika kau benar-benar mengenal aku. Itu semua hanya karena aku lebih nyaman bersamanya dibanding dirimu.”
“Semua perempuan di dunia tentunya akan mencari tempat yang nyaman untuk dirinya. Untuk tempatnya bersandar. Tapi, maafkan aku jika bukan kau orangnya. Maafkan aku yang telah mengatakan hal-hal yang jahat kepadamu. Tapi, itulah kejujuranku.”

Ia tidak ingin bertengkar. Benar kata seseorang, jika menghadapi perempuan yang sedang marah, sebaiknya kau pura-pura mati saja.

Ia benar-benar melantunkan doa dengan tepat dan indah sehingga malaikat baik berkumpul dan berdiskusi dengan Tuhan untuk segera mengabulkan doa tulus gadis itu.

Seseorang yang sedang jatuh cinta sering melakukan hal-hal yang terdengar mustahil dan tampak tidak masuk akal.

Ia tidak bersalah, jadi jangan membencinya. Kebencian hanya akan melahirkan dendam, kekecewaan dan rasa sakit hati yang akan membuatmu sengsara.

Ia tidak bisa berpura-pura. Ia memang tidak pernah bisa berpura-pura sejak dulu. Tidak pernah bisa sama sekali. Berpura-pura mencintai, berpura-pura kasihan, berpura-pura peduli. Ia tidak bisa.

“Jika kau sedang benar-benar jatuh cinta, apakah kau seperti aku? Membayangkan wajah orang yang kau sukai setiap saat, lalu merasakan roti yang seharusnya manis menjadi hambar karena ketidakhadiran orang yang kau sukai itu di sisimu?”
“Jika kau sedang benar-benar jatuh cinta, apakah kau seperti aku? Merasa sangat sedih tanpa alasan yang bisa dijelaskan dengan kata-kata, kau ingin bicara, kau ingin mengatakan sesuatu, tapi kau sama sekali tidak punya kalimat untuk kau ucapkan?”
“Jika kau sedang benar-benar jatuh cinta, apakah kau selalu membayangkan orang yang kau sukai akan terus berada di sisimu dan tidak akan pernah meninggalkanmu?”
“Jika kau merasakan hal yang sama, berarti kau sedang jatuh cinta sepertiku. Tetapi, jika tidak, maka ini hanyalah angan-anganku saja.”

Tapi, ia memilih bertahan. Sejak kecil ia dilatih untuk terus bertahan, ia percaya bahwa hari-hari buruk itu tidak akan berlangsung lama. Pasti akan selalu ada hari-hari baik untuk dirinya.

“Baiklah. Aku mengerti alasanmu. Aku mengerti bahwa kau menyukai lelaki itu. Lambat laun kau pun akan melupakanku. Aku tidak akan selamanya menjadi bagian dalam hidupmu.”

“Sejak semalam wajahnya begitu murung. Dia tidak mau makan, tidak mau bicara. Kau tahu kan, kalau wajahnya sedang murung, itu berarti ia ada masalah denganmu. Tidak ada lagi yang bisa membuatnya murung selain kau. Sebaiknya berhentilah membuat masalah dan bertengkar dengannya.”

“Dulu aku selalu berpikir, aku akan menjadi cinta pertamamu. Ternyata aku hanya merasa terlalu percaya diri.”

Di dunia ini ada hal-hal yang tidak berjalan dengan semestinya walau kita meminta untuk berjalan dengan semestinya. Terkadang kita harus mengalah pada kenyataan dan berjuang semampu kita agar keadaan kembali baik.

“Selama ini aku tidak pernah menyadari betapa pentingnya diriku untuk seseorang. Aku tidak pernah menyadari seberapa penting kehadiranku bagi seseorang. Aku tidak pernah sadar karena aku bukan orang yang merasa takut kehilangan itu.”
“Aku harap kau tidak pernah merasakan kehilangan saat orang itu masih ada.”

“Aku harap kau mau mengingat masa depanmu saja dan pikirkan hal-hal yang membahagiakan karena memikirkan hal-hal yang membahagiakan akan membuat otak kita bekerja dengan sehat. Dengan keyakinan, semua hal membahagiakan pasti akan terjadi.”

“Kau teman yang baik, aku tidak bisa menceritakan hal-hal yang ingin aku ceritakan jika kau tidak ada.”

“Jika kau yakin hal-hal baik akan selalu terjadi, maka itu akan terjadi. Percayalah pada semua hal-hal baik dan kebaikan, itu semua akan terjadi.”

“Kalau begitu buatlah aku jatuh cinta padamu agar aku bisa melihat masa depanku.”

Beberapa orang dalam hidup ini mengalami keajaiban cinta dengan cara yang unik, dengan caranya masing-masing. Beberapa orang juga mengalami ujian cinta yang sangat berat dan membuat cinta itu semakin kuat atau malah semakin rapuh. Beberapa orang juga menemui cinta yang membahagiakan dari awal sampai akhir dan tidak sedikit juga ada orang mengalami cinta yang sangat menyakitkan, hanya untuk membuat orang itu menghayati, bahwa untuk memahami cinta, terkadang orang harus memberikan seluruh hatinya untuk cinta itu.

Tidak semua hal bisa berjalan semestinya dan baik-baik saja. Begitulah hidup ini. Terkadang hal tak terduga menghampiri kita tanpa kita minta, itulah yang dinamakan takdir. Semua sudah tertulis dan sudah tercatat dengan rapi. Dengan keyakinan terhadap Sang Pencipta, kita bisa memilih, akan melalui semua itu dengan baik atau melalui semua itu dengan keterpurukan.

Karena terkadang hal yang bisa diprediksi pun bisa jadi tidak dapat kita prediksi lagi.

Saat kita berada jauh dari orang-orang yang kita sayangi atau orang-orang yang menyayangi kita rasanya akan selalu ada perasaan mengharu-biru seperti ini.

“Menikahlah hanya dengan orang yang benar-benar mencintaimu, kau akan merasa bahagia sepanjang waktu, sepanjang hari, bahkan setiap detik saat kau bernapas, kau akan merasakan kebahagiaan itu mengalir terus di dalam darahmu.”

Sayangnya, semua itu bukan hanya sekedar mimpi. Semua itu adalah kode bahwa orang yang datang ke dalam mimpinya itu sedang berada dalam bahaya.

“Aku sangat takut tidak bisa berbicara denganmu lagi…. Aku takut tidak bisa mengatakan apa pun padamu lagi. Yang kemarin itu sungguh menakutkan bagiku…,”

“Istriku telah pergi ke surga. Aku kini bisa apa selain melanjutkan hidup tanpa dirinya.”

“Ganggu saja. Sekali waktu dia memang perlu diganggu.”

Cinta memang harus bersabar. Cinta memang harus menunggu. Cinta akan menunjukkan kekuatannya sendiri, pada waktunya nanti.

“Aku tidak mengerti mengapa ujian cintaku begitu berat dan banyak. Baik untukknya dan juga untukku.”

“Kau lahir saat badai salju dan angin. Saat itu kau tidak menangis tapi tersenyum. Ketika ayah mengangkatmu dengan kedua tangan ayah, barulah kau menangis dengan keras. Semua orang kedinginan, tapi badanmu sehangat selimut tebal yang dipintal dari wol.”

Cinta mereka semua telah diuji keadaan dan kesempatan. Yang terpenting jangan pernah membiarkan cinta yang datang kepadamu berlalu begitu saja. Kau harus membuktikan bahwa itu adalah cinta dan bukan kekaguman semata. Untuk memastikan apakah itu benar-benar cinta atau bukan, kau harus menanyakan pada orang yang kau anggap dia cinta lalu membiarkan cinta mengujimu dan memainkan peranannya.

-Sea Glass, Snowdrop, Heartwood-
“Semua orang selalu bersikap anggun dan tanpa cela di hadapan semua orang. Tapi, tunggu dan lihat saat mereka tidur. Semua orang sepertinya sama saja. Berwajah jelek, mendengkur, dan mulut menganga.”

“Terkadang apa yang kita anggap bisa membuat orang lain senang belum tentu hal itu akan membuat seseorang itu merasa senang.”
“Terkadang apa yang kita anggap benar belum tentu benar di mata orang lain. Bisa saja kita menganggap hal itu baik tapi ternyata buruk bagi yang merasakannya. Sementara ini, niatmu baik. Tapi, ingat, niat baik tidak selalu bisa diterima dengan baik. Kau harus menerima keadaan-keadaan seperti itu selama niatmu memang baik.”

Saat kau berdebat dengan seorang perempuan lebih baik kau pura-pura mati saja. Laki-laki tidak akan pernah menang mendebat seorang perempuan.

“Semua ini berharga. Waktu yang aku miliki denganmu, itu sangat-sangat berharga. Jangan sampai waktu yang kita miliki sia-sia. Kita harus melakukan semua yang terbaik dan menghabiskan waktu ini dengan orang-orang yang terbaik.”

Sebuah penelitian mengatakan, jika seseorang mudah menangis bahkan dalam hal kecil, berarti ia tulus dan berhati lembut.

Tidak peduli seberapa sering manusia terjatuh, ia harus tetap berusaha bangkit dan berdiri. Jika manusia itu terjatuh tujuh kali maka ia harus bangkit sebanyak delapan kali. Selalu ada harapan baru di setiap pagi yang kita temui.

-Guardian Angels-
Kalian pernah mendengar bahwa setiap manusia itu ada malaikat pelindungnya? Ia yang selalu terbang mengikutimu kemana pun kau pergi dan melangkah, hanya saja ia tidak terlihat dan tidak kelihatan. Ia sebenarnya juga tidak bisa benar-benar membantumu secara nyata, tapi membantumu dengan cara membisikkan sesuatu yang benar, yang harus kau lakukan dan membantumu dengan doa. Yang tidak terlihat bukan berarti tidak ada, bukan?
Beberapa orang bisa mengajaknya berbicara layaknya berbicara dengan sesama manusia. Tentu saja percakapan itu sebenarnya kebanyakan dilakukan di dalam hati. Kau tahu siapa sebenarnya malaikat pelindungmu itu? Ia adalah hati nuranimu. Yang selalu benar dan tidak pernah salah namun kau kadang mengabaikannya dan tidak mendengarkannya.

Kau tahu kenapa seorang wanita butuh tempat untuk bersandar walau mereka sendiri sebenarnya kuat? Karena bahu pria akan menjadi sia-sia jika satu pun wanita tidak mau bersandar padanya. Seorang wanita yang paling kasar sekalipun, hatinya masih jauh lebih lembut dibanding hati seorang pria yang paling lembut di dunia. Hati wanita seperti gelas kaca, sekali pecah, akan hancur berkeping-keping dan jika direkatkan kembali walaupun menggunakan lem super, retakan itu tidak akan hilang selamanya.

“Manusia hidup bukan untuk menghindari dan melawan rasa sakit, tapi menerima rasa sakit sebagai bagian dari kehidupan dan melaluinya dengan sabar sehingga tidak terasa sakit lagi.”

“Takdir bisa mencarimu, takdir bisa menemukanmu. Ke mana pun engkau bersembunyi, aku yakin takdir tetap bisa menemukanmu. Takdir bisa menghampirimu kapan saja.”

“Aku kan sama sekali tidak bermaksud begitu.”
“Semua lelaki akan berkata seperti itu ketika ia tidak sengaja menyakiti perasaan seorang wanita.”

“Selamat tinggal adalah sesuatu yang harus kau ucapkan lebih awal dan jika saat itu benar-benar datang kau tak bisa lagi mengucapkan selamat tinggal.”
“Air mata adalah hal yang paling murni dari perasaan manusia. Manusia akan menangis kalau perasaan yang mereka rasakan sangat kuat. Jika kau tidak bisa melupakannya, maka teruslah merindukannya.”

Namun, setiap manusia memang berubah, bukan? Manusia juga dapat berubah dalam hitungan detik. Suka atau tidak suka, perubahan harus tetap diterima.

“Begitulah kehidupan, kita yang menjalani kehidupan dan orang lain yang menilai. Jika kita menghabiskan hidup dengan memikirkan penilaian orang lain, aku yakin hidup yang singkat ini hanya akan jadi sia-sia.”

Selama ini pikirannya banyak tersita untuk memikirkan seseorang yang belum tentu memikirkannya. Kenapa ia tidak memikirkan karir barunya saja kalau begitu?
Ada hal yang lebih baik yang seharusnya sangat disyukurinya saat ini. Ia mengingat impian-impiannya dahulu untuk membuat perasaannya menjadi jauh lebih baik.

Seseorang yang menggenggam tanganmu dengan erat, belum tentu mencintaimu dengan sepenuh hati. Apa kau tahu kata apa yang tidak boleh diucapkan pria setelah ‘aku mencintaimu’? kata itu adalah ‘aku minta maaf.’

Tapi, di waktu sekarang ini, aku juga harus membangun impianku sendiri. Apa jadinya jika orang seperti kita yang memiliki impian tapi tidak bersungguh-sungguh dalam impian itu?

Malaikat-malaikat Tuhan, diturunkan untuk menjaga manusia. Tidak ada yang mengetahui jumlah pastinya, namun yang jelas, malaikat-malaikat itu selalu bergantian menjaga manusia dari pagi hingga malam, dari malam hingga pagi lagi, secara bergiliran, secara bergantian. Mereka tidak pernah mengeluh dan tidak pernah merasa lelah. Malaikat adalah wujud kebaikan dan ketulusan. Mereka hadir untuk memberikan ketentraman dan kedamaian. Malaikat-malaikat bersayap yang tidak hanya bagus secara rupa, namun memiliki sifat-sifat yang mulia, terutama dalam pengabdian kepada Tuhan.
Seburuk apa pun manusia yang didampinginya, malaikat akan tetap sabar menuntunnya ke arah yang baik. Terlebih jika manusia itu selalu berada dalam kebaikan, maka malaikat-malaikat tersebut akan selalu mendoakan keselamatan bagi manusia yang dijaganya agar terus berada di dalam kebaikan.

-Conqueror Girl-
“Apa pun yang terjadi, aku harus kuat dan bertahan. Bukankah itu yang ingin kubuktikan pada dunia?”

“Jangan bekerja dengan mengabaikan hati nuranimu. Kita harus memperhatikan hak-hak orang lain dengan baik agar kita tidak dicap menjadi manusia yang jahat. Manusia seharusnya melakukan kebaikan dan tidak merugikan orang lain.”

“Tersenyumlah, maka dunia akan lebih indah. Tersenyumlah, maka dunia pun akan tersenyum padamu. Tersenyumlah, maka kau pun akan berbahagia.”

“Selain mengutamakan keselamatan diri sendiri, kalian juga harus memerhatikan keselamatan orang lain. Kalian bekerja untuk keluarga, untuk istri, ayah, ibu, kakak, adik atau kakek dan nenek kalian. Mereka berharap besar pada kalian dan tentunya selalu mendoakan keselamatan untuk kalian. Maka, datanglah bekerja dengan sehat dan pulanglah ke pelukan keluarga kalian dengan sehat dan selamat.”

“Yang harus kau lakukan adalah mengubah cara pandangmu. Sepahit apa pun luka masa lalumu, jangan sampai hal itu memengaruhi perasaanmu apalagi hidupmu.”
“Kau hanya harus berjalan melihat ke depan bukan terus-terusan menengok ke belakang. Sesekali mungkin perlu untuk menengok ke belakang untuk mengingatkanmu.”

“Tidak ada satu pun hidup manusia di dunia ini yang mudah. Semua mengalami masa sulit mereka masing-masing dan menghadapinya dengan cara masing-masing pula. Kau tidak akan bisa menikmati hal manis yang sekarang jika tidak memiliki hal pahit di belakang.”

Tapi, bukankah perpisahan sementara akan membuat sebuah hubungan semakin terasa kuat?

“Aku bukan pergi untuk selamanya. Kenapa kau bertingkah seperti itu?”

“Mulai saat ini kalau kau hanya diam saja saat kutanya atau kuajak bicara, itu artinya kau setuju.”

“Dulu aku tidak pernah mengganggapmu ada dalam duniaku. Kini, aku menganggapmu adalah seluruh duniaku.”

“Kau harus menyibukkan dirimu agar kau bisa melupakan hal-hal pahit yang terjadi padamu.”

“Bagiku, sekali aku menyayangi seseorang, aku akan menyayangi seseorang itu selamanya. Walau pun orang itu pada kenyataannya tidak menyukaiku bahkan sangat membenciku, tidak akan berpengaruh pada rasa sayangku terhadap orang itu.”

“Aku berjuang semampuku untuk bertahan hidup di tengah persaingan yang begitu keras. Aku tidak punya teman. Lebih tepatnya aku memutuskan tidak ingin berteman karena teman hanya akan menyulitkan jika kita sendiri dalam keadaan susah.”

Biarlah ia membunuh rasa sepi ini dengan kesepian yang benar-benar terasa hening dan sepi.

“Kita tidak boleh bersedih di depan makanan.”

Tapi, sudahlah, waktu cepat sekali berlalu ketika kita berdalih sedang menunggu sesuatu.

“Kau selalu menilai orang lain dari sudut pandangmu sendiri. Cobalah memandang dari sudut pandang yang lain, kau akan menemui bahwa penilaianmu terhadap seseorang bisa saja salah.”

Jika Tuhan membantu dua orang untuk bertemu kembali, pasti ada alasan untuk dua orang itu harus bertemu kembali.

“Seberapa rapuh dan menakutkan cinta yang tak berbalas? Walau cinta tak berbalas selalu mendapatkan jalan masuk, begitu cinta itu terjebak di dalam, ia tak bisa mendapatkan jalan keluar…”
“Walau aku yang pertama kali memulainya, jika dia pergi dari pandanganku pada suatu hari tanpa sepengetahuanku, cinta itu akan berakhir begitu saja tanpa tujuan. Tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk berbunga, cinta yang tidak akan pernah berbuah, seperti sebuah benih yang terlupakan. Itu adalah cinta tak berbalas…”

Sangat menyakitkan mempercayai orang yang akhirnya tega menusukmu dari belakang. Hati mereka sangat sakit tapi apakah semuanya bisa kembali? Jika hati mereka sangat sakit sekarang ini, apakah itu bisa mengembalikan kebahagiaan yang mereka punya?

“Aku hidup dengan tidak bahagia dengan bibiku sejak aku kecil. Aku hidup dengan tidak bahagia karena aku tahu orang tuaku sakit. Walau pun bibiku selalu menghiburku tapi aku tidak pernah merasa bahagia. Aku tidak tahu mengapa…,”
“Setiap aku menjenguk kedua orang tuaku, aku melihat tatapan mereka yang kosong. Aku bertahan dengan kehidupanku yang getir. Aku selalu mendapat hinaan di sekolah…. Sampai aku bertekad akan melarikan diri dari semua itu,”
“Aku bekerja mati-matian untuk menghilangkan kesusahan hatiku…. Hatiku terasa sakit untuk kedua orang tuaku. Apa kalian tahu itu?”
“Setiap aku kembali ke kota ini, aku masih mendapati tatapan kedua orang tuaku yang selalu kosong. Sampai kapan aku menunggu waktu itu? Kapan tatapan itu akan terisi oleh kehidupan lagi? Apakah kalian tahu bahwa aku kehilangan seorang kakak perempuan karena ulah kalian?!”

“Kau tidak salah, tapi berbeda. Salah artinya tidak benar, berbeda artinya tidak sama. Seharusnya kau menggunakan kata berbeda, bukan salah.”

“Aku pikir terlalu hebat membayangkan akan seperti apa dirimu. Aku membangun pengharapan terlalu tinggi sehingga kekecewaanku juga sebesar itu. Aku pikir itulah sebabnya menjadi sangat sulit.”
“Kau berpikir betapa akan senangnya jika akhirnya bisa bertemu seseorang tapi saat kau benar-benar bertemu orang itu, mereka tidak seperti apa yang kau harapkan. Semakin kau mengenal orang itu, akan jadi semakin sulit dan menyakitkan.”

-Adorable Man vs Lovely Lady-
Adalah sebuah ide, yang awalnya dianggap brilian atau kelihatannya sangat brilian, maka pada saat yang sama, di belahan bumi yang lain, seseorang juga ternyata memikirkan sebuah ide yang sama.

Setiap orang secara otomatis akan selalu berusaha menemukan seseorang yang memiliki kesamaan dalam dirinya dan merasa nyaman dengan seseorang. Untuk menemukan kenyamanan itu maka seseorang harus memiliki kepribadian yang menarik. Dan untuk menjadi pribadi yang menarik, terkadang seseorang perlu sebuah kursus.

“Aku tidak gagal. Aku hanya belum berhasil. Aku percaya pada diriku sendiri bahwa apa yang aku lakukan tidak salah.”

“Aku pikir akan terasa indah menunggu waktu untuk bisa bertemu kembali denganmu di masa depan. Aku mengingat namamu, mencatat wajahmu, mencari dirimu ke sekolahmu, aku mendaftar kuliah di kampus yang sama denganmu. Aku juga mendaftar di perusahaan yang kau lamar. Aku sudah melakukan semuanya tapi kenapa kau masih tetap saja ceroboh? Selalu bersikap ceroboh?”
“Aku pikir aku akan menjadi perempuan yang bahagia setelah melakukan semua itu. Ternyata tidak ada perubahan dalam dirimu dalam tahun demi tahun. Kau tetap saja ceroboh, seenaknya, tidak peka terhadap sekitarmu. Aku lelah.”

Rasanya begitu sedih tapi merasa tidak perlu ada yang disesali atas keputusannya kali ini. Dia sendiri yang telah melakukan hal bodoh. Hal terbodoh yang ia lakukan sepanjang hidupnya

“Wanita diberikan skill dasar dan kecepatan belajar dalam hal berbahasa dan cerita, hal ini sudah dibuktikan oleh penelitian ilmiah bahwa bagian otak wanita yang memproses bahasa cenderung lebih berkembang dibanding pria. Wanita suka bercerita dengan berganti topik secara dinamis, secara detil dan deskriptif, bercerita dengan antusias dan penuh semangat.”
“Tapi, para pria, diberikan jalan pintas yang begitu mudah untuk mempelajari hal-hal tersebut untuk mengejar keterlambatan mereka, yaitu kemampuan untuk membaca pola dan strategi. Termasuk dalam mendapatkan hati seorang wanita.”

“Itu adalah formula dasar manusia, kita menginginkan apa yang kita tidak bisa miliki dan sulit menghargai apa yang sudah ada jelas di depan mata kita.”

“Seseorang atau seringnya wanita karena wanita sering menggunakan sisi emosional dan perasaannya, terlalu tenggelam dalam ilusi dan delusinya sendiri. Misalnya saja, kita merasa nyaman dekat dengan orang yang kita sukai dan kita menganggap dialah yang terbaik, he’s the best one! Tanpa menyadari bahwa perasaan nyaman itu mungkin saja hanya kita mengalami sedang si dia merasa biasa saja.”
“Kita yang sedang terpesona pada seseorang lalu begitu saja buta akan realita. Segala sesuatu kita anggap baik dan serba sempurna, menganggap dia yang terbaik tanpa mau melihat kenyataan yang sebenarnya.”
“Ingat, setiap respon baik, belum tentu itu karena ia tertarik juga pada kita. Bisa saja karena ia merasa tidak enak tidak menanggapi kita atau memang dia selalu bersikap baik pada setiap orang.”
“Kita menganggap dia adalah satu-satunya laki-laki terhebat di dunia ini. Padahal, jika kita mau membuka mata kita lebar-lebar, di dunia ini ada banyak bahkan teramat banyak laki-laki yang satu bilioner lebih hebat darinya. Dunia kita menjadi terlalu sempit setelah bertemu dengan satu orang. Itulah masalahnya.”

“Berkat media yang selalu menayangkan wanita cantik dan seksi, pria-pria jadi memuja kecantikan dibanding kepribadian seorang wanita. Akibatnya, wanita dapat melakukan apa saja yang buruk dan tidak berkenan namun para pria tetap saja berkumpul dan memperebutkannya.”
“Apabila kita menginginkan seorang wanita sejati, maka mulai sekarang janganlah menjadikan kecantikan atau bentuk tubuh seorang wanita sebagai prioritas. Jadilah tegas. Katakan tidak apabila menemukan wanita yang tidak wanita. Dia tidak layak untuk seorang pria sejati seperti Anda. Sudah cukup banyak pria berkualitas yang jatuh bergelimpangan dan hancur hanya karena wanita yang sebenarnya tidak layak untuk dikejar. Janganlah menjadi pria-pria tersebut.”

Dunia ini begitu kecil, semua orang adalah bagian dari sebuah fenomena dunia kecil, bahwa orang yang kita kenal saling mengenal dan ternyata saling berhubungan atau terkait satu sama lain.

“Selalu ada seseorang yang baru untuk kau kenal. Dunia ini begitu luas dan menyediakan banyak pilihan. Kau hanya tinggal memperbaiki diri untuk menyambut pilihanmu yang akan datang padamu.”

“Kau bisa melakukannya. Kau sudah banyak menaklukkan rintangan demi rintangan selama ini. Saat kau merasa khawatir, tunjukkan pada dirimu bahwa sebenarnya kau tidak sekhawatir itu.”

“Apakah kita tidak sebaiknya mengucapkan terima kasih. Bukankah manusia diajarkan untuk tidak melupakan budi baik seseorang?”

“Wanita jika berbicara biasanya menggunakan bahasa tidak langsung atau memberikan isyarat tentang apa yang sebenarnya dia inginkan. Tujuannya adalah untuk menghindari konflik atau konfrontasi sehingga bisa terjalin hubungan yang harmonis satu sama lain.”
“Bahasa tidak langsung biasanya menggunakan kata-kata ‘sepertinya,’ ‘seandainya.’ Ketika wanita bicara menggunakan bahasa tidak langsung ke wanita lain, tidak pernah ada masalah. Wanita lain cukup sensitif untuk mengerti maksud sebenarnya. Tapi, bila dipakai untuk berbicara dengan pria, bisa berakibat fatal.”
“Kebanyakan pria menggunakan bahasa langsung dan mereka mengambil makna sebenarnya dari apa yang orang lain katakan.”
“Fakta yang menarik adalah pria dan wanita berbeda jangkauan percakapannya. Maksudnya begini, pada usia tiga tahun kosakata anak wanita tiga kali lipat dari anak pria. Rata-rata wanita bisa bicara dua puluh ribu kata dalam sehari. Sementara pria hanya sekitar tujuh ribu kata sehari atau bahkan lebih sedikit dari itu.”
“Wanita yang bicara banyak atau cerewet bukanlah suatu masalah atau kekurangan, wanita cerewet justru itu adalah calon istri atau ibu yg baik. Bayangkan jika dibanding pria atau sebut saya ayah, ketika si anak bertanya misalnya, ‘Ayah, kenapa daun warnanya hijau?’ Si ayah lalu menjawab: ‘Karena sudah dari sana begitu.’ Berbeda dengan ibu atau wanita yang akan menjawab: ‘Karena pada daun itu ada zat klorofil, klorofil itu adalah…. ‘ dan seterusnya.”

“Wanita tertarik pada emosi sedangkan laki-laki tertarik pada tujuan. Makanya laki-laki akan merasa pusing setelah diajak wanita berbelanja sekitar dua puluh menit. Wanita kalau sedang berbelanja yang dicarinya adalah bukan barang tapi apa saja yang menarik hatinya. Biasanya yang ditulis dalam daftar belanjaan, yang dibeli bukan apa yang ada di daftar belanjaan tersebut.”
“Bayi perempuan menatap mata dua sampai tiga kali lebih lama daripada pria, pria lebih tertarik pada benda dibanding wajah dan pria lebih suka bersaing sedangkan wanita lebih suka bekerjasama.”
“Mengenai jangkauan sudut pandang, jika diukur dari hidung, maka wanita mempunyai jangkauan sudut pandang yang relatif lebih besar. Menurut penelitian, jangkauan sudut pandang wanita berkisar antara empat puluh lima derajat sampai dengan seratus delapan pulu derajat, diukur dari hidung kearah kanan kiri atas bawah.”
“Jadi kaum wanita, dengan jangkauan sudut pandang yang luas itu bisa melihat isi lemari tanpa menggerakkan kepalanya, hanya dengan melirik saja mereka bisa menemukan barang yang dicari.”
“Ini berbeda dengan kaum pria yang mempunyai sudut pandang yang relatif lebih kecil. Pria jika memandang sesuatu maka otak akan memproses pandangannya itu ibarat teropong, jauh dan lebih fokus. Ia juga akan mencari kata yang tertulis di otak pada benda yang dicari atau ingin dilihat.”

“Jadi, jangan heran kalau wanita lebih senang berbicara dan banyak pula yang dibicarakan, karena kedua belah otaknya mampu bekerja sekaligus.”
“Di malam hari, setelah seharian penuh beraktivitas, pria bisa menyimpan semuanya diotaknya. Sementara otak wanita tidak bekerja seperti itu. Informasi atau masalah yang diterimanya akan terus berputar-putar dalam otaknya. Dan ini tidak akan berhenti sampai dia bisa mencurahkan habis isi otaknya alias bercerita.”
“Oleh sebab itu, kalau wanita bicara, tujuannya adalah untuk mengeluarkan perasaannya, bukan untuk mencari kesimpulan atau solusi seperti yang dilakukan kaum pria.”

“Berdasarkan penelitian, katanya pria dan wanita memang tidak berbicara dengan bahasa yang sama. Maka dari itu, sering salah pengertian antara laki-laki dan perempuan. Perempuan yang salah menafsirkan maksud laki-laki, menganggap laki-laki tidak peka dan laki-laki yang tidak dapat mengerti maksud si wanita menganggap wanita sangat berbelit-belit dan merepotkan.”
“Yang harus dimengerti oleh para wanita adalah pria tidak bisa membaca pikiran, kecuali jika lelaki itu memang diberi bakat lebih soal membaca pikiran.”
“Wanita terkadang berharap pasangan bisa membaca apa yang ada di kepala mereka juga apa yang mereka rasakan. Tapi, pria tidak begitu. Malah, pria adalah makhluk yang hanya bisa fokus pada satu hal di satu waktu.”
“Pria adalah pemecah masalah. Ketika wanita memilih berbicara alias bercerita untuk membuat permasalahan mereka lebih ringan dan hanya ingin didengarkan, pria justru melihatnya sebagai masalah yang harus segera diselesaikan.”
“Jadi, mereka akan berkomentar singkat dan kadang menyakitkan. Itu yang kemudian memicu pertengkaran.”
“Dengan demikian, ketika wanita memaparkan detail demi detail, pria tidak akan memberi perhatian penuh dan hanya fokus pada masalah yang ada di depan mata. Sebelum akhirnya komunikasi gagal di tengah jalan, cobalah berbicara pada pria, hal-hal yang penting sehingga sang pria bisa lebih fokus.”

Tentu saja, wanita itu pribadi yang gampang jatuh cinta. Asal dia diperlakukan baik dan manis oleh seorang laki-laki, walau awalnya tidak ada rasa suka, wanita akan luluh juga. Gampang jatuh cinta bukan berarti wanita bisa menempatkan hatinya pada banyak pria, wanita jatuh cinta pada kebaikan dan ketulusan, dan semua wanita senang diperlakukan seperti itu.

“Cantik saja aku rasa tidak cukup membuat kita jatuh cinta dan menyukai seseorang. Ada begitu banyak wanita cantik yang masih sendiri di dunia ini. Aku rasa karena kita harus merasa nyaman, cocok dan tertarik pada orang itu.”

“Berikan alasanmu, berikan alasan kenapa kau mau hidup denganku?”
“Karena kau orangnya.”

-Changeling-
“Siapa pun ibu yang melahirkanku ke dunia, aku berterima kasih padanya karena aku sempat hidup dan berbahagia walau pun kebahagiaan itu terasa semu. Aku akan sangat bahagia jika bisa melihat wajahmu, ibu. Tapi, karena aku tidak bisa, aku berharap bisa bertemu denganmu di surga.”

Tidak ada yang mengerti perasaannya, satu pun dari mereka tidak mengerti tentang perasaannya. Dari kejauhan, ia mendengar suara burung-burung lyre yang mengulang nyanyiannya.

Mereka adalah peri cinta. Mereka senang mempengaruhi pikiran manusia yang sedang jatuh cinta. Mereka adalah peri yang tersesat di dunia manusia. Dengan menolong manusia yang sedang jatuh cinta, mereka berharap bisa mendapatkan keajaiban untuk kembali ke dunia mereka.

“Kau tidak perlu menjadi diriku. Aku juga tidak ingin kau menjadi diriku. Jadilah dirimu sendiri, tapi kau harus berubah menjadi lebih manis dan menyenangkan.”

“Cepatlah sembuh dan berbahagialah.”

END

Cuplikan Novel Terbaru

-Ini adalah cuplikan novel selanjutnya, semoga berkenan…–

2
Aku sedang melihat Zidni bersujud di lantai berdebu di Rumah Jurnalis kami. Dia bersujud lama sekali, seakan pusaran waktu terhenti saat ia bersujud. Aku memerhatikannya dengan setengah tertegun, setengah melamun, setengah memikirkan Faraz dan setengah merasa gila.

“Kamu tidak sembahyang, Ra?” tanya Tara. Aku menggeleng.

“Tuhanku sudah mati,” ujarku. Tara tertawa sumbang.

“Turut berduka cita yang sedalam-dalamnya. Tuhan kita begitu maha segalanya, kenapa dia bisa mati kalau dia disebut Tuhan?”

“Kalau Tuhan tidak mati, dia tidak akan membiarkan makhluk–Nya tercerai berai menjadi hamburger di jalanan,” ujarku lagi, aku meremas tanganku sendiri, sedikit gemetar karena udara sore yang mendadak dingin. Aku memalingkan wajahku dari memandangi Zidni yang sudah bangun dari sujudnya dan mengakhiri sembahyangnya.

Tara hanya bisa geleng-geleng kepala. Ia kini sudah berada di posisi Zidni tadi, memulai sembahyangnya. Sedang Zidni menuju ke tempatku duduk.

“Setidaknya jika kamu tidak sembahyang, jangan mengotori pikiran orang yang masih bersembahyang,” tegur Zidni. Ia lalu menarik kursi di dekatku dan malah duduk di depan perapian. Aku mulai memikirkan kata-kata pedas apa yang seharusnya meluncur keluar dari mulutku.

“Aku ingin bertanya sekarang, apa tujuan kamu sembahyang? Apakah dia memberimu nilai ketika kamu menyembahnya? Apakah dia butuh sujud-sujudmu itu? Apakah dia peduli atas apa yang terjadi di dunia yang kita tinggali sekarang ini?” tanyaku akhirnya setengah sinis.

“Dia peduli, Ra. Waktu tidak pernah berjalan mundur tetapi maju. Dia hanyalah soal waktu.”

Perkataan Zidni tidak kumengerti. Aku benci pada Tuhan, jika dia masih ada. Dia begitu kuat, dia tidak butuh apa pun, dia maha segalanya, dia maha bijaksana, dia menyayangi semua makhluknya, dia selalu ada di mana-mana, dia mengatur segalanya. Tapi, dia hanya diam saja melihat semua pembantaian ini.

Zidni bilang semua ini adalah pelajaran bagi manusia. Jika tidak ada kejadian atau kisah, mustahil manusia bisa belajar banyak hal. Hikmah bisa didapat setelah kejadian atau kisah tersebut. Yang aku tidak mengerti, pelajaran apa yang bisa diambil dari cerita pembantaian di negeri ini?

Tuhan, jika dia memang ada, menciptakan satu makhluk, bernama manusia. Manusia ini menjadi orang-orang yang bersuku-suku dan bahkan berbangsa-bangsa. Orang-orang ini atau manusia-manusia ini menjadi bagian dari suku-suku mayoritas dan suku-suku minoritas. Orang-orang dari suku-suku mayoritas dan suku-suku minoritas ini semuanya beragama.

Dan manusia-manusia yang diciptakan Tuhan ini perlu saling membunuh demi alasan membela agama, membela suku dan menciptakan apa yang disebut dengan kedamaian. Aku selama ini berlindung dibalik kerudung hijau agar tidak segera dimusnahkan. Aku membenci diriku sendiri.

“Ikut aku, Ra.” Zidni membuka pintu Rumah Jurnalis kami dan dari tatapannya dia memintaku untuk kali ini menurut padanya. Aku melangkah menuju pintu dan berjalan mengikutinya. Kami berjalan di keremangan senja, terasa jauh sekali kami berjalan, lalu Zidni berbelok ke jalan bersemak yang tidak pernah kutahu sebelumnya, aku mulai merasa tidak tentram.

“Kita mau ke mana?” tanyaku.

“Sebentar lagi sampai,” info Zidni. Aku akhirnya memilih diam. Beberapa langkah kemudian, aku melihat sebuah bangku taman menghadap ke sebuah pemandangan lampu-lampu kota yang mulai berkilau dari kejauhan, dari atas tempat ini aku bisa melihat sebagian kecil ibukota. Aku tidak tahu ada tempat semacam ini di dekat Rumah Jurnalis. Zidni membuka suara, dia memandang ke kejauhan tanpa menatapku.

“Ara. Orang-orang di negeri ini sudah mulai kehilangan harapan akan adanya kehidupan damai. Tidak ada manusia normal mana pun yang tahan melihat pembantaian terjadi di sekitar mereka. Tidak ada manusia waras mana pun yang senang melihat manusia disiksa dan dibunuh. Tidak ada manusia sadar mana pun yang senang untuk saling membunuh.”

Aku memilih menunggu kelanjutan kata-kata Zidni.

“Agama masih menjadi satu-satunya pegangan hidup orang-orang yang bertahan. Agar mereka tetap bisa hidup dan memiliki harapan. Benar agama memang melahirkan harapan bagi pemeluknya. Harapan bahwa kedamaian akan tiba setelah waktunya. Tidak bisakah kamu membiarkan mereka bertahan dengan satu hal yang juga mereka harapkan masih tersisa?”

Aku menyimak kata-kata Zidni dan menunggu lagi apa yang hendak ia katakan.

“Bukan agama yang membuat manusia menjadi jahat tapi sebaliknya, manusialah yang membuat agama menjadi sesuatu yang tampak jahat.”

“Apa yang sudah aku lakukan?” aku menggeleng tidak mengerti.

“Ara, kalau sikap membangkangmu yang seperti ini terus kamu pertahankan dan selalu kamu tunjukkan, kamu hanya akan musnah seperti suku minoritas itu. Kamu hanya akan menghancurkan dirimu sendiri.” Zidni berbalik dan menatap mataku tajam. Aku terdiam sejenak untuk mencerna kemarahan Zidni padaku.

Lama aku harus terdiam untuk memahami maksud Zidni. Sebenarnya aku langsung mengerti maksud dari perkataannya itu, tapi aku kesulitan untuk mengeluarkan argumenku karena aku merasa sangat payah sebagai seorang manusia.

“Zidni, sekarang aku mengerti. Ini soal aku yang sudah lama tidak bersembahyang, bukan? Ya, aku memang sudah lama tidak sembahyang bahkan jauh sebelum kematian Faraz.” Bibirku kelu ketika mengucapkan nama itu. Seakan-akan Faraz menjadi tolak ukur waktu dan tolak ukur akan kenormalan dan kewarasanku.

“Aku tahu.” Zidni berkata dingin. “Aku tahu jauh sebelum itu, kamu tidak becus pakai kerudung, kamu liar dan kamu benar-benar pembangkang.”

“Liar?” gumamku.

Entah kenapa, aku tidak ingin marah. Biasanya aku selalu bisa marah pada Zidni tapi aku ingin kali ini aku tidak perlu marah padanya.

“Tidak bisakah aku hanya melakukan sesuatu yang kupahami?” tanyaku lirih. Aku memandang langit yang menggelap. Kerlap-kerlip mulai muncul, bintang yang katanya juga ciptaan Tuhan.

“Tidak sekarang, Ara, tidak sekarang waktunya! Kamu mengerti tidak?! Kalau bukan karena atas nama suku yang bisa menyelamatkan kita dari kebinasaan ini maka agama adalah satu-satunya hal yang bisa menyelamatkan kita! Tidak bisakah kamu melihat selama ini kami melindungi kamu yang jarang berkerudung kemana-mana? Tidak tahukah kamu selama ini, kami selalu beralasan pada orang-orang yang bertanya, bahwa rambutmu mudah rontok dan memakai kerudung seharian di jalanan akan membuat rambutmu berhenti tumbuh dan jadi botak? Mengerti tidak kamu?!” bentak Zidni.

Aku mulai merasakan sakit hati. Bukan karena kata-kata Zidni dan bukan pula pada bentakan Zidni. Tapi, pada perasaan pengecut ini. Selama ini mereka melindungiku dari negara yang suka membantai ini? Aku benar-benar sudah lelah.

“Kenapa kalian tidak membiarkanku mati saja kalau begitu?” tanyaku dengan air mata yang mulai menitik.

“Maka sukumu akan habis, Ara. Berapa banyak lagi perempuan yang tersisa dari sukumu? Bahkan, dua adikmu saja tidak kembali. Ayolah, bertahan sedikit lagi saja.”

Sepuluh tahun melewati masa peperangan antar-suku bukanlah hal yang mudah, kalau kau ingin tahu.

“Agama, bagaimana pun membuat kita bisa bertahan. Begitulah yang terjadi di negara ini saat ini. Kamu menganggap Tuhan tidak ada lagi. Baiklah, kalau begitu, Ra. Bisakah sesaat saja, anggap saja Tuhan seperti sebuah harapan. Kalau ternyata ada, itu adalah hal bagus. Lebih bagus lagi, jika ternyata Tuhan adalah harapan yang bisa terwujud. Kalau ternyata tidak ada, ya sudah, tidak masalah. Tidak semua harapan kita bisa terwujud, akan tetapi hidup harus tetap berlanjut.”

Aku memandangi lampu-lampu kota lagi. Pendar sinarnya kekuningan dan seperti sedang meliuk-liuk.

“Kamu membawa kerudungmu?” tanya Zidni.

Aku menggeleng sambil mengusap air mata. Hatiku sedih dan sakit. Kerudung hijau itu sekarang aku simpan di lemari tertua di rumahku. Sudah lama rasanya aku tidak menyentuh kerudung itu karena terlalu takut bayangan Faraz akan terus menghantuiku.

Zidni mendesah. “Sudah kuduga.” Ia mengeluarkan sesuatu dari balik saku jaketnya.

“Pakai ini,” ulurnya. Sebuah kain berwarna biru gelap menjuntai dari tangannya. Aku mengambilnya dengan sikap ragu.

“Mulai sekarang, bertahanlah dulu sampai keadaan negara ini membaik dengan memakai kerudung. Setelah itu, terserah kamu.”

Zidni berbalik lebih dahulu dan meninggalkanku untuk memakai kerudung pemberiannya. Aku melihat punggungnya yang mulai menjauh. Air mataku jatuh bercucuran. Apakah dia juga akan seperti Faraz, pergi setelah memberiku kerudung?
****